BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Sabtu, 21 April 2012

2nd ff/ love should go on (part 1)

Aku mencium bau sesuatu,
yang pastinya sudah tak asing lagi.
Bau DARAH….
ya, bau yang selalu membuat vampire terbaik sampai vampire terjahat jadi lupa diri….

Dan lupa posisis…
persis seperti yang ku alami seperti saat ini….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………….
Pria itu lagi. Yang selama ini selalu membuatku tergila-gila. Bukan karena darahnya. Tetapi karena sifatnya yang polos tetapi menawan. Ya, polos. Sifat yang tidak pernah dimiliki oleh para vampire. Biasanya ia dijemput lelaki yang sepertinya lebih tua darinya. Tapi kini tidak, ia dijemput seorang wanita muda. Sepertinya seusia oppa. Malah mugkin ia sudah lebih tua jika hidup di dunia kami. Dunia Vampire.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….......
Huh.. mau apa lagi wanita ini. Apakah ia masih ingin mengambil hati Onew hyung. Dasar tak tahu malu.
“Taemin, ayo masuk. Sekalian noona ingin ketemu sama hyung kamu.”
“Mau apa lahi noona dengan Onew hyung?”
“Tak usah se dingin itu kenapa? Noona hanya ingin bicara sebentar dengannya.”
“Baiklah.”
Kamipun berjalan menuju apartemen tempat kami tinggal.
“anneyong..!!!”
“taemin, dengan siapa kau pulang? Hyung baru saja ingin menjemputmu.”
“hai Jinki.!”
“Mau apa lagi kau?” ucapnya dingin
“Beginikah caramu menyambut tamu?”
“Sudahlah Tiffany. Tak usah basa-basi lagi. Mau apa kau kesini?”
“Okey. Aku datang hanya ingin memberitahu kalau aku akan pergi ke Amerika.”
“Lalu apa hubungannya denganku?”
“aku ingin kau ikut mengantarku.”
“Aku sibuk.”
“ayolah, kali ini saja. Aku janji setelah ini aku tak akan menemuimu.”
“hmh..”
“Jinki. Ayolah. Aku mohon.“ ia berlutut di depan Onew hyung.
“Baiklah. Sekarang kau keluar.”
“Okey. Aku keluar. Jangan telat ya. Pesawatku berangkat jam 1.”
Tapi hyung sudah tak mempedulikannya dan beranjak menuju dapur. Wanita itupun akhirnya menyerah dan pergi.
“Hyung, kau yakin akan mengantarnya ke bandara?”
“lebih baik dari pada ia terus membuntutiku.”
Aku pun menganguk setuju.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Lagi-lagi aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Tanpa bisa langsung menyapanya. Ya lah bodoh. Kau kan vampire, sedangkan dia manusia yang seharusnya menjadi makananmu. Bukan malah menyukaimu. Hufth, kapan aku bisa berkenalan dengannya, berjalan bersama, layaknya sepasang kekasih. Eh, apa yang tadi aku pikirkan??? Pabbo yeoja. Sadarlah, dia manusia dan kau itu vampire. Walaupun di tubuhmu masih mengalir darah manusia tetap saja kau tidak bisa bersatu dengannya. Yah, lebih baik aku pulang sekarang dari pada aku terlanjur tambah mencintainya.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Kemana lagi aku harus mencari cewek menyusahkan itu? Dasar. Gara-gara dia aku jadi tak bisa lagi bermesraan dengan Nicole. Huft dasar, tidak kakaknya adeknya sama saja. Sama-sama menyulitkan. Tapi tak apalah, hanya ini satu-satunya kesempatanku yang tersisa untuk mengambil kekuasaan yang harusnya jadi milikku dari si Minho itu. Dasar Raja gadungan.
“Changmin oppa, kau mau kemana?”
“mencari wanita bodoh itu lah, mau kemana lagi”
“oh, kirain mau mencari pacarmu si Nicole itu.”
“ngapai dicari. Aku saja baru dari rumah dia.”
“oh. Yasudah, aku pergi dulu.”
“ya, ya. Eh, Jessica tunggu!. Sekalian katakan pada raja brengsek itu. Adiknya belum ku temukan.”
“Ya, siap oppa.”
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Yes! Terimakasih Minhwa. Kalau saja kau tidak kabur mungkin aku tak punya kesempatan untuk bertemu dengan oppa-mu. Hahahaha! Hanya tinggal menunggu waktu sampai kami merebut kembali Kerajaan Vampire. Dan kami akan membunuhmmu seperti yang kami lakukan beberapa hari yang lalu dengan Minra dan aku yakin kau belum tau dengan berita ini.. Lalu aku akan menikah dengan oppa-mu dan juga mencampakkan Helena, kakak iparmu itu. Dan kami akan hidup bahagia. Aku yakin rencana ini akan berhasil. Karena oppa-mu itu kan sangat saying sekali dengan kerajaan ini. Mana sanggup ia meninggalkan kerajaan ini seperti yang kau dan kakak iparmu lakukan itu.
“siapa?”
“hamba tuanku.” Ujarku sambil berlutut.
“ya, berdiri. Ada maksud apa kau datang?”
“hamba hanya ingin mengatakan bahwa Panglima Perang Minhwa yang tak lain adalah adik tuan masih belum ditemukan. Laporan ini saya dapat dari kakak saya, pengawal utama kerajaan Changmin.”
“ya, baiklah. Teruskan pencarian. Kalau perlu kau beserta patnermu, Tiffany. Dan juga suruh kakakmu bawa patnernya, jaejong..”
“siap tuanku. Saya mohon undur diri.”
“ya, silahkan.”
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Hufth. Akhirnya sampai juga. Rasanya aku mulai mengantuk lagi, pantas saja. Aku sudah 1 bulan taak tidur karena memperhatikan lelaki itu terus. Yah. Banyak orang yang bingung mengapa vampire bisa merasakan ngantuk. Karena tentu saja. Di tubuhku mengalir darah manusia. Yah, ayahku adalah seorang vampire dan ibuku adalah seorang manusia, tepatnya penyihir. Dan bukan hanya itu keanehanku. Banyak. Seperti aku tidak suka darah dan jantung mentah, tapi lebih suka makanan yang sudah matang seperti makanan manusia. Aku juga tidak hidup abadi, umurku terus bertambah walaupun wajahku tidak berubah. Dan suatu saat nanti dimana aku sudah tidak bisa lagi bertahan aku akan mati. Dan jasad ku tak menjadi debu, tetapi tetaplah jasad yang akan membusuk jika tidak dikuburkan segera.
Aku juga memiliki beberapa bahkan hampr semua yang dimiliki vampire, seperti Pembaca fikiran, telepati. Tapi dibalik itu, orang pasti akan mudah mengenaliku dari bentuk fisikku. Mataku berwarna merah darah dengan bibir merah dan kulit putih, tapi pucatnya putihku tidak terlalu kentara. Dan juga aku bisa dengan leluasa berjalan di tengah terik matahari. Yah, nikmat sebenarnya. Tapi tetap saja aku menginginkan kehidupan yang normal. Jika tidak menjadi manusia seutuhnya atau tidak vampire seutuhnya. Dan karena semua perbedaan yang mencolok itulah aku memilih kabur dari rumahku, Istana Kerajaan Vampir. Jujur, agak sedikit menjijikkan jika melihat mereka menghisap darah. Bahkan aku pernah muntah melihat kakak lelaki ku menghisap darah seorang wanita muda. Aneh bukan? Ya, aku masih belum ingin kembali ke Istana. Masih ingin melihat dunia ini dan terutama, Lelaki itu.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Selagi memikirkan lelaki itu Minhwa pun tertidur. Tanpa menyadari seorang lelaki muda yang telah mengetahui keberadaannya.
“cih, vampire mana yang bisa tidur? Ya, hanya si darah kotor itu. Siapa lagi. Owh ya, kedua kakaknya. Selamat tidur untuk selamanya Tuan Putri Minhwa.” Ujar vampire itu tersenyum licik.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Hmh, aku merasa seperti ada yang mengintai ku. Apakah mereka sudah tahu. Tunggu. Seperti ada yang berjalan kearahku.
“hei kau!” teriakku.
“maaf Tuan Putri.”
“oh ku ternyata. Mau apa kau datang?”
“hamba disuruh oleh raja untuk menjemput tuan putri pulang.”
“untuk apa aku kembali? Bukankah dia tak peduli lagi denganku?”
“tuan putri, ingatlah. Di sini banyak iblis yang berkeliaran. Dan jika mereka tau putri adalah vampire, saya yakin putri tau resikonya.tuan hanya menakutkan itu.”
“tapi mengapa tak ia sendiri yang datang hah?? Bukankah aku ini adiknya??” nada bicaraku mulai meninggi.
“ya, tapi kan tuan putrid tau sendiri kondisi tuan masih lemah.”
“YA! SETELAH MENOLONG TUNANGANNYA TERCINTA SI HELENA ITU KAN! ORANG YANG PALING DICINTAINYA ITU????” kali ini aku benar-benar tak bisa menahan emosiku.
“……”
“sudahlah, lebih baik kau pergi sekarang.”
“kalau memang itu mau Tuan Putri, hamba terpaksa mengambil jalan kekerasan.” Ujarnya mulai mengeluarkan pedang.
“hmh, kebetulan aku sudah 6 tahun tak bertarung. Dan jangan lupakan kalau aku ini masih panglima perang.”
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Pertarungan sengit pun tak terkalahkan. Tapi tetap saja. Belum ada yang bisa mangalahkan Sang
Panglima Perang. Abangnya sekalipun. Setelah selesai membantai habis-habisan si Pengawal Utama kerajaan, Minhwa pun pergi ntah kemana. Tanpa mengetahui bahwa si Pengawal utama belum ia benar-benar lenyapkan.
“Cih, ternyata sangat mudah mengalahkan mu Pengawal Utama Changmin. Dan bersiaplah melepaskan jabatan kebanggaan mu itu.” Ucap gadis itu sebelum pergi
“huh, dasar gadis bodoh.” Ujarnya setelah memastikan gadis itu benar-benar hilang dari pandangan.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Duh, dimana kamu sekarang Minhwa? Sudah oppa ditinggal oleh Minra yang pergi meneliti selama 30 tahun, kamu kabur pula. Ckckck. Kasihan dengan oppa dong sayang.
Ckrek…
“hei siapa itu?” aku melihat kearah pintu masuk kerajaan.
Wantia itu masih terdiam, tapi aku mengenalinya betul.
“Hwa!”
“eh oppa.” Ujarnya setelah melihat sejenak kearahku.
Aku langsung berlari kearahnya, dan memeluknya. Melepaskan semua rindu dan ke khawatiran yang telah lama terpendam.
“oppa~. Jangan kuat-kuat. Aku susah bernafas.” Ujarnya. Tapi aku tidak peduli.aku malah mempererat pelukanku
“op…pa… a…ku… bi…sa…ma…ti….” akhirnya aku melonggarkan pelukanku.
“hehehe” aku hanya bisa tertawa melihat ia susah payah mengatur nafasnya kembali..
“Mianhe, oppa udah terlalu kangen dengan kamu.”
“kangen-kangen, tapi bisa berakibat fatal tadi tu.”
“hhe.. iya-iya. Mianhe..”
“oh ya, onnie Minra mana? Kug dari tadi gak keliatan? Biasanya kan dia yang paling heboh kalau aku baru pulang.”
“owh, dia ada penelitian selama 30 tahun.”
“penelitian apa?”
“katanya sich penelitian senjata terbaru yang ampuh untuk melenyapkan satu kerajaan iblis sekaligus.”
“wah hebat dong.! Pantes penelitiannya aja selama itu”
“hhe, iya lah. Adek oppa kan dua-duanya hebat.”
Ya, mereka berdua memang hebat. Minra ahli persenjataan sekaligus penasehat kerajaan sedangkan Minhwa ahli Strategi sekaligus Panglima Utama Perang yang selalu berada di lini depan. Sedangkan aku ahli Pedang sekaligus Raja di Kerajaan ini. Kalau Minra selalu berada dibalik layar, aku dan Hwa lah yang melakukan permainanya. Ya, selalu begitu. Dan itulah yang membuat kami berhasil merebut kembali kerajaan ini dari tangan-tangan kotor yang menggunakan embel-embel Darah Murni.
“oh ya Hwa, tadi kamu ketemu Changmin?”
“iya.”
“trus dia dimana?”
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
“iya.”
“terus dia dimana?”
Deg… aku gak boleh ngasih tau oppa yang sebenarnya. Yang ada oppa malah gak percaya.
“emm. Tadi dia maksa aku pulang, trus aku gak mau. Sempet hampir aku abisin tuh vampire. Tapi aku masih biarin dia idup.”
“trus kalau kamu udah dipaksa pulang kug gak mau? Toh ujung-ujungnya kamu pulang juga?”
“khan oppa tau kalau aku gak bisa dipaksa. Aku bisa pulang sendiri.”
“oh ya.”
Hufth. Syukur oppa gak curiga.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….........
Hari ini aku akan menyamar sebagai manusia, Edward oppa dan bella onnie sudah menyiapkan semua perlengkapan yang kubutuhkan, mulai dari seragam sampai sekolah. Dan akhirnya aku bisa memaksa mereka untuk mendaftarkan ku di sekolah yang sama dengan sekolah pria itu. Yei, aku sudah tidak sabar lagi untuk memulai kehidupan baru di dunia manusia ini.
Aku mulai memasuki kelas baruku. Mereka semua memandangku dengan kagum. Seberapa agak takut dikarenakan mataku yang berwarna merah darah, tapi hampir sebagian besar terpana karena kecantikanku. Hohoho. Pasti lah, dengan kulit putih bersih, bibir semerah darah, tubuh jangkung tapi tidak ceking dan rambut coklat keemasan panjang bergelombang ini, siapa pun pasti akan terpana.
“baiklah anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan dirimu nak.”
“jonnen minhwa imnida, Anneyong haseyo.”
“nah minhwa ini pindahan dari Paris. Semoga kalian dapat berteman baik.”
“ne sonsaenim..!!!”
“nah minhwa, kamu sekarang duduk di belakang Lee Taemin.” Sonsaeng menunjuk pria yang ku kagumi itu. Jadi ternyata namanya Lee Taemin ya. Nama yang bagus.
“ne sonsaeng.”
Akupun berjalan menuju bangku dibelakang Mr, Lee tersebut.
“anneyong, Kim ki bum imnida.” Ujar pria disebelah Taemin.
“joneun Kim jonghyun imnida, anneyong haseo.” Ujar pria disebelahnya lagi. Sedangkan lee taemin tersebut sama sekali tidak terusik.
“anneyong, Choi Min hwa imnida.”
Kamipun segera melanjutkan pelajaran..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Dingdongdingdong
Bel pulang pun berbunyi,
“minhwa!!!!!” teriak jonghyun dan ki bum.
“ya!!! Minhwa!!!!” teriak mereka setelah berada didekatku.
“gak usah teriak-treak napa??”
“hhe. Mianhe. Mianhe.”
“ngapain kalian triak-triak tadi?”
“hhe. Gak ada.” Jawab ki bum asal.
“kami Cuma mau ngajak kamu pulang bareng. Mau gak?” kali ini jonghyun yang menjawab.
“mau ya?” pinta mereka berdua.
“hmh. Lain kali aja ya, hari ini aku di jemput oppa ku.”
“hmh. Okey. Lain kali. Tapi janji ya.!!!”
“iya-iya. Udah dulu ya. Aku udah dijemput. Bye…!!!”
“BYE!!!!” teriak mereka berbarengan.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Hufth. Kok mobil Edward oppa pake acara mogok pla. Terpaksa dech pulang duluan. Syukur mogoknya gak jauh dari komplek. Jadinya bisa jalan kaki dech.
Bruk!!!! Ouch, sepertinya aku menabrak sesuatu. Oh bukan sesuatu, tapi seorang namja.
“mianhaeyo.”
“ne, gwenchana.” Ujar pria itu. Dan ia pun mendongkakkan kepalanya dan….”
Omona!!!! Dia Lee taemin!!!!
“eh, kamu choi minhwa khan? Anak baru itu?” ujarnya ramah.
“eh, i..i..ya…kamu lee taemin khan?” jawabku gugup
“Ne, jonnen lee taemin, anneyong haseyo.”
“anneyong haseyo. Hmh, rumah kamu di komplek sini juga?”
“owh ne, rumah kamu di komplek ini juga?”
“iya, tuh yang warna ungu.”
“wah, sebelahan donk. Saya tinggal di rumah yang warna putih.”
“owh, iya.”
“wah asyik ya, besok kita berangkat bareng ya minhwa-ssi.”
“ok.! Hmh, tapi jangan panggil minhwa-ssi lagi. Minhwa aja.”
“owh, ok.! Yasudah, saya duluan.”
“ya, bye! Sampai ketemu besok!”
“ye!!!!”
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Hoamph. Hari ini aku bangun dengan perasaan yang sagat bahagia. Bagaimana tidak, kemarin aku betemu dan berkenalan dengannya. Lelaki yang selama ini aku perhatikan. Apa lagi tadi malam ia masuk ke dalam mimpiku. Dia sangat tampan disana, sampai-sampai membuatku hampir melayang.
Yah, sudah selesai me review apa yang terjadi kemarin dan semalam. Sekarang saatnya mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Hari ini pakai apa ya? Lebih baik terlihat biasa saja dari pada ntar taemin curiga.
Tak sampai beberapa menit kemudian akupun selesai besiap-siap dan siap berangkat ke sekolah. Saat aku membuka pintu depan ia sudah disana dan kamipun segera berangkat.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
“Baiklah anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru lagi menyusul minhwa kemarin. Mereka berasal dari Negara yang sama, bahkan mereka berasal dari satu sekolah.”
Hah??? Sekolah??? Jadi nama sekolah itu benar-benar ada? Padahal semua itu khan palsu. Ckckck. Seperti apa ya, yang bakal datang?
Sonsaenim pun melanjutkan pembicaraannya..
“baiklah nak, silahkan masuk.” Anak itupun masuk, tapi ia menundukkan wajahnya sedalam-dalamnya. Seolah terlalu takut untuk melihat kami semua. Poninya saja sangggup menutupi hampir sebagian wajahnya.
“sekarang, perkenalkan dirimu.” Ia mengangkat perlahan wajahnya.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Author POV
“sekarang, perkenalkan dirimu.” Ia mengangkat perlahan wajahnya. Tiba-tiba Minhwa tersentak. Matanya langsung berubah menjadi merah menyala.
“kau!!” ujar Minhwa setengah berteriak.
“yeah, hai Minhwa. Atau akan lebih akrab jika ku panggil pang—“ tapi dengan cepat dipotong Minhwa.
“tutup mulutmu iblis.” Ujar Minhw dingin, sambil memandang Jessica tajam. Sedangkan Jessica hanya tersenyum seolah ia baru saja memenangkan suatu pertarungan.
“sudah-sudah, jadi kalian sudah kenal?”
“ya sonsaenim.” Jawab Jessica sedangkan Minhwa hanya terdiam dengan posisi masih menatap Minhwa tajam.
“yasudah, Minhwa, kamu boleh duduk kembali dan Jessica. Perkenalkan dirimu. Setelah itu, duduk di sana.” Sonsaenimpun menunjuk kursi kosong yang tepat berada di serong belakang Minhwa. Setelah perkenalan Jessica pun langsung menuju kursinya. Tapi saat ia melewati Minhwa ia sempat bergumam pelan.
“permainan baru saja dimullai Panglima”
“diam kau Ilbis. Kita masih ada urusan setelah ini” geram Minhwa.
“dengan senang hati Panglima” ujar Jessica dengan sedikit menundukkan badan sambil tersenyum meremehkan.
Jessica pun langsung menuju kursinya.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
“mau apa kau datang kesini?”
“aku? Hanya ingin menikmati rasanya bersekolah di sekolah manusia.” Jawabnya santai.
“hei Jess. Kau fikir aku sebodoh kau untuk percaya semua bualanmu itu?” Minhwa tau Jessica mudah terpancing jika ada yang mengatainya bodoh. Yeah, ia selalu menganggap dirinya pintar. Memang dulu di sekolah vampire ia mendapat nilai tertinggi ke dua, dibawahku dan tak pernah lebih dari itu. Tapi siapa yang menyangka kalau itu semua berkat semua harta yang dilimppahkan kedua orang tuantya yang dulu juga pengawal utama kerajaan. Di balik semua itu ia hanyalah vampire lemah yang bodoh. Sama seperti saudara perempuannya, Tiffany. Tapi tidak dengan Changmin. Kakak Jessica. Ia lumayan dalam membuat strategi. Tapi yeah, selalu mudah ditebak olehku.
“APAAA KAU BILANG???????” sepertinya taktik minhwa mulai berhasil. Nada Jessica mulai tinggi. Bahkan bisa dibilang mulai melengking.
“aku bilang aku tidak sebodoh kau”
“bahkan kau mungkin tidak lebih pintar dari anjing diseberang sana.” ujar Minhwa mulai memancing lagi. Dan…
“KAAAAAAUUUUUUUUU!!!!!!!” Jessica mulai menampakkan wujud aslinya. Secepat mungkin Minhwa membawanya ke dunia lain. Dunia yang hanya di khususkan untuk para penyiihir petarung. Di dunia itu ia telah memesan satu ruangan dimana kan dipakainya untuk menyerang Jessica. Lebih tepatnya bukan menyerang, tetapi menunjukkan padanya sesuatu hal yang sangat berharga. Dan tak lupa ia meninggalkan sepucuk surat untuk memberitahu bahwa ia akan menginap di rumah temannya. Untuk menghindari ke khawatiran Edward oppa dan Bella eonnie…
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
“hei kau!! Mau apa kau membawaku kemari, hah???”
“tidak bisakah kau diam hah?? Atau mau ku plaster lagi mulutmu??”
“e..ee… gag..”
“ya sudah.. diam.”
“ya, tapi bisakah kau lepaskan ikatan ini? Seluruh tubuhku kesemutan dan kram.”
“lalu apa peduliku?”
“cih, dasar kau, vampire darah kotor.”
“diam kau… atau kau mau ku lemparkan ke kolam lava disana?” ujar minhwa sambil menunjuk kolam lava di samping kirinya. Tetapi ia tetap saja menunggangi kudanya. Yang masih menyeret Jessica. Sedangkan yang diseret malah memilih diam.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
Fiuh. Mengapa aku masih harus berurusan dengan wanita sialan itu? Tapi biarlah. Untuk terakhir kalinya. Daripada ia terus mengganguku.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

To Be Continued~

0 komentar: